Percobaan anorganik fisik crystal Maker
PERCOBAAN V
CRYSTAL MAKER
I.
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk mengetahui cara penggunaan krystal maker terhadap Kristal yang terbentuk.
II.
Dasar
Teori
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses
pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua
atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur
kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara
simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan
logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.
Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan
tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan
tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai
kristalisasi. Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin,
dalam keadaan tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam
banyak kasus, ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga
atom-atomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya. Suatu bahan non-kristalin
biasa disebut bahan amorf atau seperti gelas. Terkadang bahan seperti ini juga
disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan
gelas. Proses pembentukan gelas tidak melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa
Inggris: latent heat of fusion). Karena alasan ini banyak ilmuwan yang
menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan. Topik ini kontroversial,
silakan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut.
Struktur kristal terjadi pada semua kelas material, dengan semua jenis ikatan kimia. Hampir semua ikatan logam ada pada keadaan polikristalin; logam amorf atau kristal tunggal harus diproduksi secara sintetis, dengan kesulitan besar. Kristal ikatan ion dapat terbentuk saat pemadatan garam, baik dari lelehan cairan maupun kondensasi larutan. Kristal ikatan kovalen juga sangat umum. Contohnya adalah intan, silika dan grafit. Material polimer umumnya akan membentuk bagian-bagian kristalin, namun panjang molekul-molekulnya biasanya mencegah pengkristalan menyeluruh. Gaya Van der Waals lemah juga dapat berperan dalam struktur kristal. Contohnya, jenis ikatan inilah yang menyatukan lapisan-lapisan berpola heksagonal pada grafit. Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada sifat-sifat material tersebut.
Struktur kristal terjadi pada semua kelas material, dengan semua jenis ikatan kimia. Hampir semua ikatan logam ada pada keadaan polikristalin; logam amorf atau kristal tunggal harus diproduksi secara sintetis, dengan kesulitan besar. Kristal ikatan ion dapat terbentuk saat pemadatan garam, baik dari lelehan cairan maupun kondensasi larutan. Kristal ikatan kovalen juga sangat umum. Contohnya adalah intan, silika dan grafit. Material polimer umumnya akan membentuk bagian-bagian kristalin, namun panjang molekul-molekulnya biasanya mencegah pengkristalan menyeluruh. Gaya Van der Waals lemah juga dapat berperan dalam struktur kristal. Contohnya, jenis ikatan inilah yang menyatukan lapisan-lapisan berpola heksagonal pada grafit. Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada sifat-sifat material tersebut.
Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang
sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan
sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan
bentuk geometri tertentu, dan kerap kali sedap di mata. Berbagai bentuk kristal
tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada
jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga
keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur
adalah contoh-contoh kristal. Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan
sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik atau efek piezoelektrik.
Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika
kristal. Dalam struktur dielektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik
dapat ditemukan seperti yang dijelaskan dalam kristal fotonik. Kristalografi
adalah studi ilmiah kristal dan pembentukannya (Putra,2009).
III.
Alat
dan Bahan
Alat dan
bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
A.
Alat
1.
Software Cristal Maker
2.
Laptop
B.
Bahan
1.
Cristal Perovskit (SrTiO3)
IV.
Prosedur
Kerja
Prosedur
Kerja dalam percobaan ini ada sebagai berikut:
1)
Membuka Kristal Maker pada Desktop atau menginstal
terlebih dahulu aplikasi software Cristal Maker.
2)
Mengklik 2 kali aplikasi Kristal maker, maka
aplikasi Kristal maker akan terbuka seperti pada gambar dibawah ini!
3)
Membuka Kristal yang telah didownlod di web American
mineralogy. Dengan mengklik file + open.
4)
Mencari tempat penyimpanan Kristal yang ingin dibuka
pada Kristal maker. Kemudian membuka nama Kristal tersebut
5)
Mencatat gambar Kristal pada tabel hasil pengamatan
V.
Hasil
Pengamatan
Hasil
pengamatan percobaan ini adalah sebagai berikut :
Keterangan
|
Hasil
Pengamatan
|
Bentuk Kristal Perovskite
(SrTiO3)
|
|
Warna Kristal
|
|
Arah Kristal (x,y,z)
|
|
Alat Kisi
|
|
Panjang (Sr-O)
|
|
Panjang (O-Ti)
|
|
Posisi (Sr, Ti dan O)
|
|
VI.
Pembahasan
Sistem
kristal terdiri dari yaitu isometrik / kubik (3 sumbu kristal, sama panjang,
saling tegak lurus antar ketiga sumbunya), tetragonal (3 sumbu kristal; sumbu a
dan b sama panjang, sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek; saling tegak
lurus antar ketiga sumbunya), orthorombik / rombis ( 3 sumbu kristal; ketiga
sumbu tidak sama panjang; saling tegak lurus antar ketiga sumbunya), Heksagonal
(4 sumbu kristal; sumbu a b dan d sama panjang, sumbu c dapat lebih panjang
atau lebih pendek; sumbu a b dan d terletak pada bidang horisontal dan saling
membentuk sudut 120 derajat; sumbu a b dan d tegak lurus terhadap sumbu c), Trigonal
(4 sumbu kristal; sumbu a b dan d sama panjang, sumbu c dapat lebih panjang
atau lebih pendek; sumbu a b dan d terletak pada bidang horisontal dan saling
membentuk sudut 120 derajat; sumbu a b dan d tegak lurus terhadap sumbu c;
perbedaanya dengan sistem heksagonal pada sistem trigonal ini sumbu c nya
bernilai simetri 3), Monoklin (3 sumbu kristal; ketiga sumbu tidak sama
panjang; sumbu a tegak lurus sumbu b, sumbu b tegak lurus sumbu c, tetapi sumbu
c tidak tegak lurus sumbu a) dan Triklin (3 sumbu kristal; ketiga sumbu tidak
sama panjang; ketiga sumbu miring semua, tidak ada yang tegak lurus) (Hidayat,
2013).
Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk mengetahui cara penggunaan krystal maker terhadap
Kristal yang terbentuk.
Kristal
Perovskit, SrTiO3
Keeletronegatifan atom Sr, Ti dan O dalam skala Pauling
berturut-turut adalah 0,95, 1,54 dan 3,44. Perbedaan keelektronegatifan antara
atom Sr dan atom O adalah 2,49, sedangkan perbedaan keelektronegatifan antara
atom Ti dan atom O adalah 1,90. Dengan demikian senyawa SrTiO3
adalah senyawa ionik yang tersusun dari ion-ion Sr2+, Ti4+
dan O2- (Seren,2011).
Kisi kristal dari perovskit adalah kubus primitif seperti
yang ditunjukan pada Gambar sebagai berikut:
Gambar kisi kristal perovskit (SrTiO3).
Setiap ion Ti4+ (warna hitam dikelilingi) oleh 6 ion O2-
(putih) terdekat dengan geometri octahedral
Kisi perovskit adalah kisi primitif karena ion Ti4+
hanya menmpati pojok-pojok kubus. Bilangan koordinasi Sr2+ adalah
12, bilangan koordinasi Ti4+ adalah 6. Beberapa senyawa yang
mengkristal sesuai struktur perovskit seperti pada Tabel
KnBO3
KIO3
LaCrO3
|
LaFeO3
SrZrO3
SrThO3
|
CsCaF3
CsCdCl3
CsHgCl3
|
(Seren,2011)
Salah satu alternatif energi terbarukan yang sedang berkembang
adalah pemanfaatan energy matahari melalui sel surya yang dapat mengkonversi
energi matahari menjadi energi listrik. Saat ini, berbagai sel surya sudah dibuat
dan dikom ersialisasi menggunakan berbagai material sebagai lapisan aktifnya, seperti silikon, galium
arsenida, kadmium telurida, silikon amorf, sel surya, sel surya organik/polimer
dan sel surya hibrid organic inorganik. Namun penggunaannya secara massal sebagai sumber energi listrik
saat ini masih terkendala biaya produksi yang tinggi (Rahamanita,
2015).
Saat ini, sel surya berbahan aktif material campuran bahan halide
organik/anorganik dengan struktur perovskite telah banyak menarik perhatian banyak
peneliti, karena mampu menghasilkan efisiensi
di atas 15%. Khususnya bahan perovskite CH3NH3PbI3
(metil-amonium timbal halida) telah menghasilkan efisiensi sebesar 19%. Salah
satu faktor yang menentukan efisiensi sel surya perovskite adalah morfologi
lapisan aktifnya, yaitu film CH3NH3PbI3. Film
CH3NH3PbI3 harus memiliki ukuran kristal yang
besar yaitu dalam rentang 500-1000 nm dan memiliki kristalinitas yang tinggi
dengan bentuk kubik dan homogen, agar mampu menghasilkan sel surya perovskite dengan
efisiensi yang tinggi. Pengembangan sel surya berbasis material aktif
perovskite masih sangat memerlukan perhatian khusus sebelum dapat diproduksi
massal dan dipergunakan secara luas sebagai sumber energi listrik alternatif
stabilitas yang masih rendah, karena material berbasis timbal (Pb) ini mudah
teroksidasi dan reaktif terhadap lingkungan. Umumnya film perovskite dibuat di
lingkungan inert. Karena itu penelitian tentang optimasi morfologi lapisan
aktif CH3NH3PbI3 yang dibuat di lingkungan
udara perlu dikaji untuk memperoleh lapisan aktif CH3NH3PbI3
dengan kristalinitas yang tinggi dan ukuran kristal yang
besar
dan stabil terhadap lingkungan luar (Rahamanita, 2015).
Struktur Kristal dan Magnetoresistance Perovskite La 0,7 Ca 0,3
MnO3 pada Suhu Kamar. Senyawa induk LCMO adalah LaMnO3 dan
CaMnO3, keduanya berstruktur perovskite
dan bersifat isolator-antiferromagnetik pada suhu kamar. Pada penelitian terdahulu (7) diperoleh bahwa
parameter kisi LaMnO3 adalah: a = 5,4835 Å, b = 7,7325 Å, dan c =
5,4752 Å, dengan grup ruang: Pnma, No. 62; koordinat fraksi atom La: 4c
(x,1/4,z), Mn: 4b (0,0,1/2), O(1): 4c
(x,1/4,z), dan O (2): 8d (x,y,z), α = β = γ = 90o. Senyawa CaMnO3
memiliki parameter kisi: a = 5,2812 Å, b=7,4571 Å, dan c =5,2753 Å dan grup
ruang: Pnma, No. 62; koordinat fraksi atom Ca: 4c(x,1/4,z), Mn: 4b(0,0,1/2),
O(1): 4c(x,1/4,z), dan O(2): 8d(x,y,z), α= β= γ= 90o (Sukirman,
2012).
Cuplikan La 0,7 Ca 0,3 MnO3, LaMnO3 dan
CaMnO3 disintesis dengan metode High Energy Milling (HEM). Cuplikan
hasil sintesis dikarakterisasi dengan difraktometer sinar-x untuk mengidentifikasi
fase yang terbentuk dan dengan four point probe untuk mengetahui respon
magnetoresistance (Sukirman, 2012).
Penggunaan material feroelektrik sangatlah luas, karena
sifat-sifat bahan feroelektrik dapat difabrikasi sesuai kebutuhan serta mudah
diintegrasi dalam bentuk devais. Penerapan material feroelektrik berdasarkan
sifat -sifatnya yaitu sifat histeresis dan tetapan dielektrik yang tinggi dapat
diaplikasikan pada sel memori. Sedangkan sifat piezo-elektrik dapat digunakan sebagai
mikroaktuator dan sensor. Sifat polaryzability dapat diterapkan sebagai Non
Volatile Ferroelectric Random Acsess Memory (NVFRAM). Sifat pyroelektrik juga
dapat diterapkan pada switch termal infra merah (Syafutra, 2008).
Bahan SrTiO3 merupakan salah satu dari material
feroelektrik diintegrasi dalam bentuk devais. Penerapan material feroelektrik
berdasarkan sifat-sifatnya yaitu sifat histeresis dan tetapan dielektrik yang
tinggi dapat diaplikasikan pada sel memori. Sedangkan sifat piezo-elektrik
dapat digunakan sebagai mikroaktuator dan sensor. Sifat polaryzability dapat
diterapkan sebagai Non Volatile Ferroelectric Random Acsess Memory (NVFRAM).
Sifat pyroelektrik juga dapat diterapkan pada switch termal infra merah
(Syafutra, 2008). Bahan SrTiO3 merupakan salah satu dari material
feroelektrik. SrTiO3 juga banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk
pembuatan komponen elektronika, karena SrTiO3memiliki sifat isolator yang baik
dan tidak mudah teroksidasi. Sifat listrik bahan SrTiO3 termasuk
dalam komponen isolator yang dapat dikembangkan untuk aplikasi sensor dan
menunjukkan sifat dielektik yang baik untuk komponen pasif elektronika yaitu
seperti kapasitor (Darsikin, dkk, 2005).
Studi bahan SrTiO3 yang dibuat secara eksperimen
dengan unsur reaksi kimia padatan. Penelitian ini merupakan studi terhadap pembuatan
pelet bahan SrTiO3 yang didapat dari pencampuran Strontium Carbonat
(SrCO3) dan Titanium Oksida (TiO2) dengan perbandingan 1
: 1, kemudian dilakukan karakterisasi kekristalan bahan menggunakan X-Ray
Diffraction (XRD). Terdapat berbagai metode yang telah digunakan dalam
penyediaan sampel SrTiO3, seperti E-gun, MOCVD, ablasi laser, sol
gel dan metode reaksi padatan. Sampel disini dibuat dengan metode reaksi kimia
keadaan padat untuk oksidasi-oksidasi logam pada suhu tinggi.
Metode ini digunakan karena lebih mudah dan murah dari pada
metode lainnya. Strontium titanat (SrTiO3) merupakan salah satu
bahan ferroelektrik. Bahan ini merupakan hasil campuran reaksi bahan Strontium
Carbonat (SrCO3) dan Titanium Oksida (TiO2). Strontium
titanat (SrTiO3) mempunyaibentuk perovskit. Pada suhu kamar,
strontium titanat mempunyai bentuk kubus dengan ion Ti+4 dikelilingi
oleh ion O-2 secara oktahedral dengan ion Sr+2 berada
pada sisi kubus. Strontium titanat mempunyai bentuk tetragonal pada suhu kurang
pada 105° K.
Peralihan fasa struktur ini adalah disebabkan pemutaran
oksigen oktahedral disekitar salah satu paksi utama kubus. Sudut pemutaran
adalah peralihan parameter dan mempunyai nilai maksimum phi = 1.4° apabila
mendekati suhu mutlak Kelvin. Pemutaran oksigen oktahedral menyebabkan sedikit
perubahan pada sel unit. Pada suhu yang sangat rendah, strontium titanat
mempunyai sifat piezoelektrik dan sifat superkonduktor. Strontium titanat juga
mempunyai sifat dielektrik yang tinggi dan kebocoran arus yang rendah (Wilk,2001).Strontium
titanat mempunyai kegunaan yang meluas dalam pembuatan DRAM, bidang
mikroelektronik dan teknologi sensor.
VII.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas Keeletronegatifan atom Sr, Ti dan
O dalam skala Pauling berturut-turut adalah 0,95, 1,54 dan 3,44. Perbedaan keelektronegatifan
antara atom Sr dan atom O adalah 2,49, sedangkan perbedaan keelektronegatifan
antara atom Ti dan atom O adalah 1,90. Dengan demikian senyawa SrTiO3
adalah senyawa ionik yang tersusun dari ion-ion Sr2+, Ti4+
dan O2-
Daftar
Pustaka
Engkir
Sukirman, Wisnu Ari Adi dan Yustinus Purwamargapratala. (2012).STRUKTUR KRISTAL DAN MAGNETORESISTANCE PEROVSKITE
La0,7 Ca 0,3 MnO3PADA SUHU KAMAR.[Jurnal] ISSN 1411 – 348161 Pusat
Teknologi Bahan Industri Nuklir- BATAN Puspiptek, Serpong 15314
Hidayat,
Syamsul. (2013). Materi Kebumian / Kristal.
[online] diakses: http://erdalengas.blogspot.co.id/2013/02/materi-kebumian-kristal.html.[20 Desember 2017]
Putra,Ekky.(2009).PengertianKristal.[online]diakseshttp://artikelbiboer.blogspot.co.id/2009/05/pengertian-kristal.html.[20
desember 2017]
Rahmanita,
Sinthia, Yuniar Dwi Inayati E, Anggia Erdienzy, Ayi Bahtiar. (2015). Struktur Kristal Dan Morfologi Film Perov
Skite Yang Dibuat Dengan Metode Spin-Coating Dua Tahap. [Jurnal Material
Dan Energi Indonesia] Vol. 05, No.45. Departemen Fisika Fmipa Universitas
Padjadjaran
Emel 2011).Struktur Kristal Beberapa Senyawa Ionik.[online] diakses:https://wanibesak.wordpress.com/tag/sesium-klorida-cscl/.[20 Desember 2017]
Darsikin,
Khairurrijal, Sukirno, and M. Barmawi.(2005). Sifat Listrik Film Tipis SrTiO3 Untuk
Kapasitor MOS. Laboratorium Fisika
Material Elektronik, Departemen Fisika, FMIPA ITB Program Fisika, Universitas
Tandulako, Palu. Jurnal Matematika dan Sains Vol. 10(3): 87-91.
Syafutra.H.(2008).Penguatan fotokonduktivitas Berbasis
Berbahan Ferroelektrik Ba0,6 Sr0 , 4 TiO3 yang Didadah Tantalum Pentoksida
(BSTT) diatas Substrat Si (100) Type-p dan Substrat TCO Type-705. Skripsi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Dewi, Rahmi,
Krisman, Susilawati Dosen Jurusan Fisika FMIPA.KARAKTERISASI BAHAN FEROELEKTRIK STRONTIUM TITANAT (SrTiO3) DENGAN
MENGGUNAKAN X-RAY DIFFRACTION.Universitas Riau Mahasiswa Program S1 Fisika
FMIPA Universitas Riau.
Laporan
Lengkap
PERCOBAAN V
“CRYSTAL MAKER”
Disusun
oleh:
Nama : Murni Cahyani
Stambuk : A 251 15 005
Kelompok
: III (Tiga)
Asisten
: Mohd. Rizwan S.Pd
LABORATORIUM KIMIA LANJUT
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
Komentar
Posting Komentar